Rabu, 21 Desember 2016

Contoh Cerpen Horor

By Ian di 00.33.00
MY NEW HOME

        Namaku Rabell, baru beberapa hari yang lalu aku dan keluargaku pindah ke Bekasi. Kami membeli salah satu rumah kosong disini. Sebenarnya aku lebih nyaman dirumahku yang dulu, namun karna tuntutan pekerjaan Ayah, jadi kami sekeluarga mau tidak mau harus pindah ke Bekasi.
         Bukan tempat tinggal saja yang baru, namun sekolah dan teman ku pun baru. Sekarang aku bersekolah di salah satu SMA Negeri di Bekasi, tepatnya sekarang aku duduk dikelas X IPA. Awalnya kupikir hari pertama di sekolah baru adalah hal yang membosankan karena belum memiliki teman, namun dugaanku salah. Murid - murid dikelasku begitu ramah dan baik kepadaku, terbukti dihari pertama sekolah, aku sudah mempunyai cukup banyak teman.
        Hari ini hari minggu, hari dimana Ayah dan Ibu akan pergi berkunjung kerumah saudaraku di Bandung. Sebenarnya aku ingin sekali ikut berkunjung kesana, namun karena desakan tugas yang menumpuk, jadi mau tidak mau aku harus sendirian dirumah sambil mengerjakan tugas yang membosankan ini.
          Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, sekarang sudah pukul 15.00 WIB. Ayah dan Ibu pun sudah pergi sejak tadi pagi. Tinggalah aku sendirian dirumah. Tugas - tugas yang tadi menumpuk kini sudah ku selesaikan, sehingga sekarang aku bisa beristirahat.
           Tak tahu apa yang membuat tenggorokan ku begitu kering, mungkin sebaiknya aku harus mengambil segelas air di dapur. Kulangkahkan kakiku menuju dapur, saat aku tiba di tangga, aku mendengar suara gaduh dari arah dapur. Kupikir itu hanya suara tikus - tikus yang sedang bermain, karena memang rumah ini baru beberapa hari yang lalu ditinggali.
           Namun semakin lama suara itu semakin kencang, kuberanikan diriku melangkah menuju dapur. Setelah sampai di dapur, ku edarkan pandanganku ke seluruh plosok dapur. Namun nihil, aku tidak menemukan apapun. Keadaan dapur pun masih bersih dan rapih, tidak ada tanda - tanda tikus berkeliaran.
 Ku minum segelas air putih,
"Huh...akhirnya" ucapku merasa puas.
        Namun tiba - tiba aku mendengar suara berbisik dibelakangku, seperti ada yang menyebut namaku. Ku tengok ke arah belakang, namun tidak ada seorang pun disana.
      "Hmm... mungkin itu hanya halusinasiku saja" pikirku.
        Aku pun pergi meninggalkan dapur, ketika aku melewati ruang keluarga, kulihat TV menyala begitu saja padahal tidak ada satu orang pun yang menonton. Aku mulai merasa merinding, logika ku berkata bahwa dirumah ini bukan hanya ada aku saja. Kuberanikan diriku melangkah menuju TV. Langsung saja ku matikan TV tersebut.
         Baru saja aku ingin kembali ke kamarku, namun aku merasa ada yang mengawasiku sejak tadi. Ku edarkan pandangan ke seluruh plosok ruangan. Ku lebarkan mataku saat melihat sesosok perempuan berambut panjang sedang mengawasiku dari arah sofa. Seketika jantungku berdegup kencang. Tubuhku melemas, hingga merosot ke lantai.  Kupejamkan mataku, berharap bahwa ini hanyalah sebuah mimpi. Namun ketika ku buka kembali mataku, sosok perempuan itu belum juga hilang....
         Justru sekarang sosok itu malah mencoba untuk mendekatiku, reflek ku lemparkan sebuah vas bunga kearahnya. Namun sial, lemparan ku meleset. Ku mundurkan badanku hingga menambrak dinding.
“si.. siapa kau? Ma.. mau apa kau dirumahku?” tanyaku tergagap.
       Sosok tersebut tidak menjawab, ia malah terus menatapku dan mendekat ke arahku. Wajahnya yang pucat membuatku sangat takut. Sosok tersebut memakai baju dengan warna putih polos, tingginya kurang lebih sama denganku, rambutnya lurus panjang menjuntai hingga ke pinggang.
         Sosok itu masih terus mendekat kearahku, hingga jarak antara aku dengannya tak lebih dari 50 cm. sosok tersebut duduk dihadapanku. Tatapan matanya menggambarkan kesedihan. Kuberanikan diriku untuk bertanya lagi.
“si... siapa kamu? Mau apa kamu disini?”
Lama aku menunggu, namun masih tak ada jawaban.
“A.. apa kamu bisa bicara?” tanyaku lagi.
“Aku bisa bicara” jawabnya,
  Akhirnya aku bisa mendengar suaranya. Suaranya begitu lembut dan terkesan lemah.
“Namaku Arabelle” ia kembali bicara.
Ternyata namanya hamper sama dengan nama ku. Rabella dan Arabelle.
“Kamu bisa panggil aku Ara” lagi – lagi ia bicara padaku.
Degup jantungku mulai teratur kembali, rasa takut yang tadi kualami pun berangsur – angsur hilang.
“Kenapa kamu bisa ada disini? Mau apa kamu dirumahku?” tanyaku penasaran.
“Ini rumahku, jadi sudah pasti aku berada disini” jawabnya tenang.
“Pasti kamu salah, rumah ini sudah dibeli oleh ayahku beberapa hari yang lalu. Jadi sekarang ini rumahku.” Jawabku
Mendengar ucapanku, tiba – tiba saja wajahnya terlihat sedih.
“Hiks… tolong izinkan aku tinggal disini, ku mohon…” dia mulai terisak – isak.
Aku panik dibuatnya.
“mmm… baiklah kamu boleh tinggal disini, jangan menangis lagi yaa… jika kau menangis itu sedikit membuatku takut.”
“Hiks.. terimakasih” jawabnya sambil tersenyum.
“iya sama – sama, tapi… mm…. m… apakah kamu manusia?” akhirnya pertanyaan yang sedari tadi mengganjal dibenakku kini keluar dari mulutku.
         Seketika Ara langsung menundukan kepala dan menggeleng. Aku kaget dibuatnya, jadi benar dugaanku dia bukan manusia.
“dulu aku manusia, sama sepertimu. Namun satu tahun yang lalu, aku menderita kanker hati. Saat itu nyawaku tidak tertolong. Hingga jadilah sekarang aku seperti ini.”
Ceritanya membuatku terharu sekaligus shock. Aku tidak menyangka akan berbicara dengan makhluk yang tidak sejenis denganku seperti ini.
“Apa ayah dan ibuku bisa melihatmu juga?” tanyaku lagi.
“Mmm.. sepertinya tidak, dirumah ini hanya kamu yang bisa melihatku Rabell”
           Aku hanya mengangguk mendengarkan jawabannya, ku ajak Ara menuju kamarku. Disana aku dan Ara mengobrol banyak hal tentang kehidupan kami. Berlama – lama dengan Ara aku merasa sudah mulai terbiasa dengannya, aku pun sudah tidak merasa takut lagi dengan Ara.
          Ternyata ia bisa menjadi teman yang baik sekaligus menyenangkan untukku. Sejak saat itu kami berdua menjadi sahabat yang baik tanpa satu orang pun yang tau tentang persahabatan kami ini.

        Sampai suatu hari ketika aku tengah makan malam bersama ayah dan ibuku, tiba – tiba ayah menatapku dan bertanya satu hal yang membuatku merasa tidak enak.
       Pasalnya, ayah bertanya mengapa akhir – akhir ini ayah melihatku sedang berbicara sendiri dan bahkan tak jarang ayah melihatku tertawa cekikikan sambil menyebut nama Ara.
      Aku bingung, apakah aku harus berkata jujur mengenai hal ini, tapi jika aku jujur aku takut Ayah akan menganggapku gila. Lama aku berfikir, akhirnya aku memutuskan untuk berkata jujur saja.
“Mmmm… tapi jika aku berkata yang sejujurnya, apakah ayah akan percaya padaku?” tanyaku takut – takut.
“bicaralah dulu, jika memang masuk akal maka ayah akan percaya padamu” Ayah berbicara tegas.
“Sebenarnya… aku memiliki teman yang bukan seorang manusia... namanya Arabelle” Aku menjawab sambil menunduk, tak berani menatap wajah ayah.


PRANG..


      Tiba – tiba saja ayah membanting peralatan makannya dan langsung berlalu menuju kamarnya tanpa berbicara apapun. Begitupun dengan ibu yang menyusul ayah pergi ke kamar. Meninggalkan aku sendirian dengan mata memerah ingin menangis.
        Aku tau pasti ayah dan ibu sudah menganggapku gila, mereka pasti kecewa terhadapku. Aku pun ikut meninggalkan meja makan dan pergi ke kamar. Entahlah, yang aku butuhkan saat ini hanyalah menenangkan pikiranku.


       Esoknya ayah dan ibu  bersikap seperti biasa kepadaku, layaknya tidak ada apa – apa diantara kami.
Justru sebaliknya, hari ini ayah mengajakku pergi ke pantai untuk berekreasi.
        Aku pun ikut senang atas tawaran ayah, kupikir mungkin ayah sudah tidak mempermasalahkan hal semalam.
       Aku, ayah, beserta ibu pun pergi menaiki mobil ayah, lama perjalanan berlalu tiba – tiba saja mobil kami berheti di depan sebuah rumah sakit jiwa. Sejauh ini aku baru mengerti bahwa ayah sengaja membohongiku untuk membawaku ke tempat ini.
       Dengan sigap ayah langsung menarik tanganku keluar mobil, aku meronta – ronta minta dilepaskan. Namun apa daya kekuatan ayah tentunya lebih besar dibandingkanku.
       Ibu yang sedari tadi melihat ku hanya dapat berdiam diri sambil menahan tangis, mungkin ibu masih tak tega melihat ku jadi seperti ini.
      Ayah terus menyeretku hingga ke depan rumah sakit jiwa, aku terus memberontak minta dilepas. Reflek aku menendang kaki sebelah kanan ayahku hingga ayah terjatuh dan melepaskan tanganku.
     Kesempatan ini tidak ku sia – sia kan, aku pun berlari kencang menuju jalan raya tanpa memperhatikan jalan didepanku.
         Tiba tiba saja sebuah mobil tronton bermuatan besar melaju kencang kearahku
“Aaaaaaa….” Aku hanya bisa berteriak sekencang mungkin, pasrah akan jadi bagaimana tubuhku ini. Dan aku sadar sampai disinilah riwayatku di bumi.


        Kecelakan pun tak dapat terhindarkan, tubuh Rabella terseret begitu saja oleh kedua ban besar mobil tronton tersebut. Badannya bergesekan dengan jalan aspal hingga darah mewarnai jalan aspal tersebut.
        Tak lama mobil tronton pun berhenti, orang – orang yang berada di dekat tempat kejadian tak kuasa menatap tubuh Rabella yang mungkin sudah tidak layak lagi dibilang tubuh.
         Sebagian tubuh Rabella hancur akibat terlindas ban besar mobil tronton membuat sebagian isi perutnya keluar, rambutnya yang panjang berserakan dijalan akibat terlepas dari kulit kepalanya, keadaan wajahnya pun sakat ironi. Wajahnya yang semula cantik, kini sudah tak terlihat seperti wajah
        Sangat menyeramkan, wajahnya seperti monster yang baru turun dari neraka. Bahkan mata sebelah kanannya keluar dari tempatkan dan menggelinding di dekat tempat kejadian.
        Tak sedikit orang – orang yang melihat Rabella merasa mual dan ingin muntah, bau anyir darah menyeruak kemana – mana. Tak ada satu orang pun yang sudi mendekati Rabella, termasuk kedua orang tuanya yang hanya bisa menangisi Rabella dari trotoar jalan.
         Terlepas dari itu semua, sesosok makhluk berambut panjang tengah tertawa senang melihat kejadian yang baru saja ia lihat.

“Dengan begini kau akan menjadi teman abadi ku Rabella hihihi…..”




TAMAT


Salam Hangat

      Yian

0 Comments:

Posting Komentar

 

All About Teenager Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review